Laman

Search di sini ...

Total Tayangan Halaman

Jumat, 30 Agustus 2013

Laporan praktikum Berat Jenis dan Rapatan Jenis

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Spesific gravity atau massa jenis relativ suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air,dalam piknometer.Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu . Density atau biasanya disebut massa jenis,bobot jenis atau kerapatan zat (  merupakan karakteristik mendasar yang dimiliki zat. Kerapatan suatu zat merupakan perbandingan massa dan volume zat itu,sehingga nilai kerapatan dapat diukur melalui pengukuran massa dan volumenya.
            Diantara sifat fisika yang paling berpengaruh terhadap bioavailabilitas dari sediaan farmasi adalah bobot jenis dan rapat jenisnya, dimana bobot jenis suatu obat berbeda dengan obat lain, yang tergantung pada massa zat tersebut yang dibandingkan terhadap volumenya pada suhu dan tekanan tertentu.
Cara penentuan bobot jenis sangat penting diketahui oleh seorang farmasis karena tiap larutan mempunyai bobot jenis dan rapat jenis yang berlainan sehingga dalam penggunaan setiap zat dapat diidentifikasikan secara kualitatif yang sangat erat hubungannya dengan massa dan volumenya.
Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya.Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis maka percobaan ini dilakukan.









I.2. Tujuan Praktikum
            Tujuan praktikum bobot jenis dan kerapatan adalah untuk menentukan bobot jenis beberapa cairan minyak kelapa,alkohol,parafin,gliserin dan menentukan kerapatan dari zat padat asam borat.



























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis merupakan bilangan abstrak yang menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku. Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka dibelakang koma sebanyak akurasi yang  diperlukan pada penentuannya. (Ansel.2004)
Berat jenis untuk penggunan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu  atau temperatur lain yang tertentu. Notasi tersebut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis : , ,dan  . Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara dimana zat ditimbang;angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi menggunakan patokan 25 . Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. (Martin.1990)
Metode penentuan untuk cairan terdiri atas : (Voigt.1994)
1.    Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
2.    Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.
3.    Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
Kerapatan atau density adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Kerapatan juga merupakan turunan besaran karena menyangkut massa dan volume. Batasannya adalah massa persatuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik ( ). (Martin.1990)
Ketika suatu bubuk dituangkan kedalam sebuah wadah, volume yang menempati wadah tersebut tergantung dari faktor seperti uuran partikel, bentuk partikel dan sifat parmukaan. Dalam keadaan normal biasanya akan terdiri dari partikel padat dan ruang udara intrapartikel ( kosong atau pori-pori ). Partikel sendiri juga terdiri atas pori tertutup atau pori intrapartikel. Jika serbuk partikel dibiarkan dan diberi getaran atau tekanan, partikel akan bergerak relatif terhadap satu sama lain untuk meningkatkan kerapatannya. Pada akhirnya kondisi kerapatan mampat dapat tercapai yang tidak mungkin tanpa perubahan bentuk partikel. (Gibson.2004)
Kerapatan dari suatu bubuk, tergantung pada kondisi penangan tersendiri, dan ada beberapa definisi yang bisa diterapkan juga untuk serbuk sebagai jumlah atau dari partikel tunggal. Standar british 2955 (1958) mendefinisikan tiga bentuk yang bisa diterapkan untuk partikel-partikel. Kerapatan partikel adalah jumlah massa partikel dibagi dengan volumenya. Istilah yang berbeda berasal muncul dari cara dimana volume didefinisikan: (Gibson.2004)
1.      Kerapatan partikel sejati adalah ketika volume diukur tidak mencakup pori terbuka dan pori tertutup dan merupakan susunan mendasar dari suatu sediaan.
2.      Kerapatan bulk adalah ketika volume diukur pori intra partikel dan pori antarpartikel.
3.      Kerapatan mampat adaah volume yang dilihat ketika fluid bergerak melewati partikel. Hal ini sangat penting dalam pembuatan pengendapan atau larutan tetapi jarang digunakan dalam pembuatan sediaan padat.
Kesulitan utama pada saat penentuan volume sebenarnya dari serbuk bulk, dimana tiga tipe ruang-ruang udara atau rongga dapat dibedakan:(Lachman.2007)
1.    Rongga intrapartikel yang terbuka - rongga-rongga terdapat didalam partikel tunggal,tetapi terbuka pada lingkungan luar.
2.    Rongga intrapartikel yang tertutup – rongga-rongga terdapat didalam partikel tunggal, tetapi tertutup pada lingkungan luar.
3.    Rongga antarpartikel – ruang-ruang udara antara dua partikel individu.
Porositas merupakan hasil bagi volume total ari ruang-ruang rongga (vv) terhadap volume bulk dari bahan sering dipilih untuk mmantau kemajuan kompresi. Porositas juga bisa didefinisikan sebagai bagian dasar dri suatu serbuk yang ditempati oleh pori-pori dan diukur  pada keadaan yang efisiensi atau sebagai perbandingan antara kerapatan bulk dan kerapatan kerapatan sejati. (Lacman.2007&Gibson.2004)














II.2 Uraian Bahan
1.    Asam borat (Ditjen POM 1979)
Nama resmi          : ACIDIUM BORICUM
Nama lain            : Asam borat
RM / BM             : H3BO3 / 61,83
                        Pemerian              : Hablur,serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak berbau; rasa agak asam dan pahit kemudian manis.
Kelarutan             : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%) P dan dalam 5 bagian gliserol P.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan            : Antiseptikum ekstern
2.    Parafin cair (Ditjen Pom 1979)
Nama resmi          : PARAFIN LUQUIDUM
Nama lain            : Parafin cair
Pemerian              : Cairan kental transparan, tidak berfluorensi; tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan             : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P dan eter P.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Kegunaan            : Laksativum
3.    Air suling (Ditjen POM 1979)
Nama resmi          : AQUA DESTILLATA
Nama lain            : Air suling
RM / BM             : H2O / 18,02
Pemerian              : Cairan jernih;tidak berwarna;tidak berbau;tidak   mempunyai rasa.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutu baik.
Kegunaan            : Sebagai pelarut
4.    Minyak kelapa (Ditjen POM 1979)
Nama resmi          : OLEUM COCOS
Nama lain            : Minyak kelapa
Pemerian              : Cairan jernih; tidak berwarna atau kuing pucat; bau khas, tidak tengik.
Kelarutan             : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 60  ; sangat mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutu baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
Kegunaan            : Zat tambahan
5.    Alkohol (Ditjen POM 1979)
Nama resmi          : AETHANOLUM
Nama lain            : Etanol / Alkohol
RM / BM             : C2H5OH / 46,01
Pemerian              : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan             : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; ditempat sejuk, juh dari nyala api.
Kegunaan            : Zat tambahan.
6.    Gliserin (Ditjen POM 1979)
Nama resmi          : GLYCEROLUM
Nama lain            : Gliserol / gliserin
RM / BM             : C3H8O3 / 92,10
Pemerian              : Cairan seperti sirop; jernih. Tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga shu mencapai lebih kurang 20 .
Kelarutan             : Dapat capur dengan air, dan dengan etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan            : Zat tambahan
7.    Komposisi sirup sunquick
Gula, konsentrat jeruk, air, pengatur keasman asam sitrat, pemantap ( natrium alginat dan pektin ), vitamin C, pegawet (natrium benzoate dan natrium sulfit), pewarna (beta-karoten CI no 75130).

















II.3 Prosedur Kerja
a.)      Menentukan kerapatan bulk
1.    Timbang asam borat sebanyak 10 gram, kemudian masukkan kedalam gelasukur 50 ml.
2.    Ukur volume zat padat
3.    Hitung kerapatan bulk dengan menggunakan persamaan
b.)      Menentukan kerapatan mampat
1.    Timbang zat padat sebanyak 10 gram
2.    Masukkan kedalam gelas ukur
3.    Ketuk selama 100 kaliketukan
4.    Ukur volume yang terbentuk
5.    Hitung kerapatan mampat dengan menggunakan persamaan
 
c.)      Menentukan kerapatan sejati
1.    Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1).
2.    Isi piknometer dengan zat padat kira-kira 2/3 bagian volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3).
3.    Isikan parafin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara di dalamnya.
4.    Timbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair tersebut beserta tutupnya (W4).
5.    Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada gelembung di dalamnya.
6.    Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2).
7.    Hitung kerapatan dengan menggunakan persamaan :
 


d.)   Menentukan bobot jenis cairan
1.      Gunakan piknometer yang bersih dan kering.
2.      Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2).
3.      Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi degan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3).
4.      Hitung bobot jenis cairan dengan menggunakan persamaan :
 






















BAB III
CARA KERJA
III.1 Alat dan Bahan
a.)      Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum bobot jenis dan kerapatan yaitu:


·         Botol semprot
·         Corong
·         Gelas ukur 50 ml
·         Lap kasar
·         Gelas piala 25 ml
·         Piknometer 25 ml
·         Timbangan
·         Tissue


b.)      Bahan
Bahan yang digunakan dalam parktikum bobot jenis dan kerapatan yaitu:


·         Asam borat
·         parafin cair
·          aquadest
·          minyak kelapa
·         alkohol
·         gliserin
·         sirop sunquick
















III.2 Langkah percobaan
a.)      Menentukan kerapadan bulk
Langkah pertama yaitu ditimbang asam borat sebanyak 10 gram, kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml. Selanjutnya diukur volume zat padat seperti yang tertera pada gelas ukur dan diakukan perhitungan untuk penentuan kerapatan bulk dengan persamaan :
b.)      Menentukan kerapatan mampat
Langkah pertama yaitu ditimbang asam borat 10 gram dimasukkan kedalam gelas ukur kemudian diketuk sebanyak 100 kli ketukan dengan dialasi lap kasar atau tissue untuk mencegah pecahnya gelas ukur yang digunakan. Selanjutnya diukur volume yang terbentuk dan dilakukan perhitungan untuk menghitung kerapatan mampat dengan persamaan
c.)      Menentukan kerapatan sejati
Langkah pertama yaitu ditimbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1), kemudian piknometer diisi dengan zat padat asam borat kira-kira 2/3 bagian volumenya dan ditimbang zat padat beserta tutupnya (W3). Kemudian ditambahkan parafin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat,dikocok-kocok, dan diisi hingga penuh hingga tidak ada gelembung udara didalamnya dan ditimbang zat padat dan parafin beserta tutupnya (W4). Langkah selanjutnya piknometer dibersihkan dan dikeringkan kemudian diisi parafin cair hingga penuh dan ditimbang beserta tutupnya (W2). Setelah itu dilakukan perhitungan untuk memperoleh kerapatan sejati dengan persamaan :
 
d.)     Menentukan bobot jenis cairan
Langkah pertama yaitu ditimbang piknometer yang bersih dan kering (W1), lalu diisi dengan air suling,bagian luar piknometer dilap ampai kering dan ditimbang dengan tutupnya (W2). Selanjutnya air suling di buang dan dikeringkan dengan menggunakan hair dryer lalu diisi dengan cairan yang akan dihitung bobot jenisnya dan ditimbang beserta tutupnya (W3). Kemudian dilakuan perhitungan untuk memperoleh bobot jenis cairan yang diukur dengan menggunkan persamaan :
 



















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil dan Perhitungan
a.)    Penentuan kerapatan bulk :
Volume zat padat
10 gr
Volume bulk
12 ml

 
              Kerapatan bulk = 10 gr / 12 ml
= 0,83 gr/ml
b.)    Penentuan kerapatan mampat :
Bobot zat padat
10 gr
Volume mampat
11 ml
 
Kerapatan mampat  =


















c.)    Penentuan kerapatan sejati
Bobot piknometer kosong (gr)  (W1)
32,5237
Bobot pikno + zat cair (gr) (W2)
54,3274
Bobot pikno+zat padat (gr) (W3)
42,19675
Bobot jenis zat padat + cair ((gr/ml) (W4)
58,26945





d.)   Tabel hasil penentuan bobot jenis
NO
Sampel cairan
Bobot pikno kosong (W1)
Bobot pikno + air suling (W2)
Bobot pikno + cairan (W3)
BJ cairan sampel
1
Minyak kelapa
23,4433
48,21465
45,9080
0,9068 gr/ml
2
Gliserin
28,44945
52,37315
58,4958
1,25 gr/ml
3
Alkohol
11,1233
36,9235
35,6304
0,94 gr/ml
4
Sirop
15,5895
41,16585
49,024
1,30 gr/ml

Ø  Bobot jenis minyak kelapa
    
Ø  Bobot jenis gliserin
Ø  Bobot jenis alkohol

Ø  Bobot jenis sirop

 gr/ml

















IV.2 Pembahasan
Bobot jenis (spesific gravity) adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis menyatakan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku. Kerapatan (density) adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Kerapatan juga merupakan turunan besaran karena menyangkut massa dan volume.
Dalam percobaan ini akan dilakukan penentuan kerapatan bulk, kerapatan mampat, kerapatan sejati menggunakan sampel zat padat asam borat dan penentuan bobot jenis dengan sampel minyak kelapa, gliserin alkohol dan sirop. Hasil yang diperoleh dengan penentuan bobot jenis akan dibandingkan dengan literatur yang diperoleh.
Pada penentuan kerapatan bulk dengan menggunakan sampel zat padat asam borat yang ditimbang sebanyak 10 gram kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml dan diukur volumenya sesuai yang tertera pada gelas ukur sehingga diperoleh volume bulk 12 ml. Untuk menentukan kerapatan bulk digunakan persamaan perbandingan antara bobot zat padat dengan volume bulk sehingga diperoleh hasil 0,83 gr/ml. Selanjutnya zat padat dalam gelas ukur diketuk sebanyak 100 kali ketukan. Pada saat gelas ukur diketuk, bagian bawah gelas ukur dialasi dengan menggunakan lap kasar atau tissue untuk mencegah agar gelas ukur tidak pecah. Sehingga diperoleh volume mampat 11 ml. Untuk menentukan kerapatan mampat dugunakan persamaan perbandingan antara bobot zat padat dengan volume mampat, sehingga diperoleh hasil kerapatan mampat 0,91 gr/ml.
Pada penentuan kerapatan sejati dilakukan dengan menggunakan piknometer bersih dan kering kemudian piknometer ditimbang. Pada saat penimbangan piknometer dipegang dengan menggunakan tissue hal ini dilakukan untuk mencegah kulit mati pada tangan yang akan menempel pada piknometer sehingga akan mengganggu keakurasian perhitungan. Setelah itu zat padat (asam borat) dimasukan kedalam piknometer dan ditimbang beserta tutupnya, kemudian piknometer berisi zat padat tersebut ditambahkan dengan parafin hingga penuh sampai tidak muncul gelembung dan ditimbang. Selanjutnya piknometer dibersihkan dan diisi dengan cairan parafin hingga penuh sampai  tidak ada gelembung, kemudian piknometer ditimbang. Kemudian dilakukan perhitungan kerapatan sejati sehingga diperoleh hasil perhitungan kerapatan sejati yaitu 1,6877 gr/ml.
Pada penentuan bobot jenis cairan dilakukan dengan menggunakan piknometer 25 ml dan air sebagai larutan baku standar. Pengukuran dengan menggunakan piknometer dilakukan pada suhu 25   atau suhu ruangan. Cairan yang akan dihitung bobot jenisnya adalah minyak kelapa, gliserin, alkohol dan siriop. Langkah pertama yaitu piknometer yang bersih dan kering ditimbang beserta tutupnya kemudian dimasukkan air suling hingga penuh dan ditimbang beserta tutupnya. Setelah itu air suling dibuang dan dikeringkan dengan menggunakan hair dryer hingga tidak ada gelembung. Kemudian diisi dengan airan yang akan diketahui bobot jenisnya. Selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan persamaan yang tertera pada literatur.
Pada penentuan bobot jenis minyak diperoleh hasil 0,9068 gr/ml , bobot jenis gliserin diperoleh 1,25 gr/ml, bobot jenis alkohol diperoleh 0,94 gr/ml sedangkan bobot jenis sirop diperoleh 1,30 gr/ml. Berdasarkan literatur diperoleh bobot jenis minyak kelapa yaitu 0,903g/ml , bobot jenis gliserin 1,25gr/ml , bobot jenis alkohol 0,81 gr/ml.
Berdasarkan literatur hasil perhitungn gliserin sudah sesuai dengan literatru namun minyak kelapa dan alkohol terdapat sedikit perbedaan dengan hasil praktikum yang dilakukan. Perbedaan tersebut mungkin dikarenakan adanya beberapa kesalahan selama praktikum diantaranya :
a.    Kesalahan pembacaan skala pada saat penimbangan alat
b.    Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot jenisnya
c.    Pada saat piknometer dibersihkan mungkin kurang bersih dan saat pengeringan belum sepenuhnya kering sehingga mempengaruhi bobot jenis.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan kerapatan dan bobot jenis diperoleh:
1.    Kerapatan
NO
Kerapatan bulk
Kerapatan mampat
Kerapatan sejati
1
0,83 g/ml
0,91 gr/ml
1,6877 gr/ml

2.      Bobot jenis
NO
Minyak kelapa
Gliserin
Alkohol
Sirop
1
0,9068 gr/ml
1,25 gr/ml
0.94 gr/ml
1,018 gr/ml

V.2 Saran
Disarankan agar alat dan bahan untuk praktikum dilengkapi agar lebih memperlancar lagi jalannya praktikum













DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika 1: Universitas Muslim Indonesia Makassar

Ansel H.C. 2004. kalkulasi farmasetik. Jakarta: EGC
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta.Depkes RI
Gibson,Mark. 2004. Pharmaceutical Preformulation and Formulation. United States of Amerika

Lachman,L dkk. 2007.Teori dan Praktek Farmasi Industri: Jakarta. Universitas Indonesia press
Martin,Alfred. 1990. Farmasi Fisik: Jakarta. Universitas Indonesia Press

Voigt, R.1994.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V:Yogyakarta.UGM press

















LABORATORIUM FARMASI FISIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN
BOBOT JENIS dan KERAPATAN

OLEH :


NAMA            : NITA MUSTIKA
STAMBUK     : 150 202 0256
KLS / KLP      : W3-A
ASISTEN        : MUHAMMAD YUSDIN






FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar